Gallery
“Semiotika Sabda Alam II”
Ketaksaan Suara
Author : Tubagus Phandu Mursabdo
Photo : Harry
Photo : Harry
Masterpiece Movement (selanjutnya akan diberi inisial: MM) mengadakan kegiatan silaturahmi yang diisi dengan kegiatan seni serta diskusi. Kegiatan tersebut terlahir dari diskusi bersama yang dilaksanakan oleh empat orang pemuda yaitu Mochamed Noorul Arifin (dipanggil Gobang), Nawa Nurarif, Ucan Kaheman, Tubagus Phandu Mursabdo (dipanggil Bagus) yang berkumpul di “Kubah Kesepian” (Pagerwangi, Lembang, Bandung Barat). Nawa menyarankan untuk membentuk sebuah pergerakan “Pesta Rakyat” untuk memenuhi penyelarasan alam, Ucan menyarankan untuk membuat “Kedamaian Seluruh Semesta”, serta sebuah penyemangat yang berbunyi “tidak perlu risau jika tidak dikenal di bumi, tetapi lebih baik dikenal dan diperbincangkan di langit”.
Setelah beberapa saat dalam proses perenungan, akhirnya Gobang tercetuslah sebuah kegiatan yang dinamai dengan “Semiotika Sabda Alam” dan telah disetujui secara bersama dengan seluruh teman-teman pendiri Masterpiece Movement. “Semiotika” merupakan ilmu tentang simbol/tanda (2006: 216), secara etimologi “Semiotika Sabda Alam” adalah sebuah proses belajar (ngaji) untuk lebih memahami secara dalam akan sebuah simbol/tanda yang diberikan oleh seluruh entitas (baca: Alam) kepada kita (manusia). Kegiatan “Semiotika Sabda Alam I” digelar pada tanggal 21 April 2018 di Tanjung Sari, Sumedang (salah satu padepokan yang berada disana), “Semiotika Sabda Alam II” digelar pada tanggal 11 Agustus 2018 di Woodstock Cafe (Jl. Bagusrangin No.14, Bandung).
“Semiotika Sabda Alam II” diisi oleh talent yang tergabung dalam MM maupun dari luar MM (yang terpenting adalah berkumpul bersama & berjuang bersama dalam meraih cita-cita yang sama) yaitu Katadjoeang, Anggi Ryan, Bumi Memanggil, Jalu Kencana, Rekam Jejak, Segi Tinggi, Yefta X Teman Tidur dan Tubagus Phandu Mursabdo. Setelah kegiatan bermusik serta berpuisi selesai, dilanjutkan dengan diskusi yang bertema “Ketaksaan Suara”. Pemantik tema “Ketaksaan Suara” telah disuarakan melalui caption pada feed Instagram MM (@masterpiecemovementind).
Diskusi berlangsung secara kondusif, walaupun ada sedikit gesekan yang mengarah menuju ‘debat’ tetapi menjadi ‘cair’ kembali karena kita sepakat bahwa kegiatan ini merupakan diskusi dengan mengusung asas “Musyawarah & Mufakat” serta menguatkan jalinan “Silaturahmi” kepada siapa saja yang datang. Yang terpenting adalah berkumpul, ngopi bareng serta “senda gurau”. Kegiatan ini ditutup dengan ramah tamah oleh seluruh pemuda pemudi yang berkunjung pada kegiatan “Semiotika Sabda Alam II”
Daftar Acuan
Tyson, Lois, Critical Theory Today: A User-Friendly Guide, Routledge, New York, 2006.
Setelah beberapa saat dalam proses perenungan, akhirnya Gobang tercetuslah sebuah kegiatan yang dinamai dengan “Semiotika Sabda Alam” dan telah disetujui secara bersama dengan seluruh teman-teman pendiri Masterpiece Movement. “Semiotika” merupakan ilmu tentang simbol/tanda (2006: 216), secara etimologi “Semiotika Sabda Alam” adalah sebuah proses belajar (ngaji) untuk lebih memahami secara dalam akan sebuah simbol/tanda yang diberikan oleh seluruh entitas (baca: Alam) kepada kita (manusia). Kegiatan “Semiotika Sabda Alam I” digelar pada tanggal 21 April 2018 di Tanjung Sari, Sumedang (salah satu padepokan yang berada disana), “Semiotika Sabda Alam II” digelar pada tanggal 11 Agustus 2018 di Woodstock Cafe (Jl. Bagusrangin No.14, Bandung).
“Semiotika Sabda Alam II” diisi oleh talent yang tergabung dalam MM maupun dari luar MM (yang terpenting adalah berkumpul bersama & berjuang bersama dalam meraih cita-cita yang sama) yaitu Katadjoeang, Anggi Ryan, Bumi Memanggil, Jalu Kencana, Rekam Jejak, Segi Tinggi, Yefta X Teman Tidur dan Tubagus Phandu Mursabdo. Setelah kegiatan bermusik serta berpuisi selesai, dilanjutkan dengan diskusi yang bertema “Ketaksaan Suara”. Pemantik tema “Ketaksaan Suara” telah disuarakan melalui caption pada feed Instagram MM (@masterpiecemovementind).
Diskusi berlangsung secara kondusif, walaupun ada sedikit gesekan yang mengarah menuju ‘debat’ tetapi menjadi ‘cair’ kembali karena kita sepakat bahwa kegiatan ini merupakan diskusi dengan mengusung asas “Musyawarah & Mufakat” serta menguatkan jalinan “Silaturahmi” kepada siapa saja yang datang. Yang terpenting adalah berkumpul, ngopi bareng serta “senda gurau”. Kegiatan ini ditutup dengan ramah tamah oleh seluruh pemuda pemudi yang berkunjung pada kegiatan “Semiotika Sabda Alam II”
Daftar Acuan
Tyson, Lois, Critical Theory Today: A User-Friendly Guide, Routledge, New York, 2006.
“Rebahan Senja”
Author : Tubagus Phandu Mursabdo
Photo : Harry
Photo : Harry
Masterpiece Movement (selanjutnya akan diberi inisial: MM) mengadakan acara pentas seni dengan tema “Rebahan Senja” di TAKAFFEE (Jl. Kolonel Ahmad Syam No. 37, Jatinangor) pada tanggal 10 Oktober 2018. Acara pentas seni tersebut dilaksanakan atas dasar sebuah keinginan untuk bekerjasama dari pihak TAKAFFEE terhadap Masterpiece Movement setelah mengetahui respon pemuda pemudi yang hadir pada acara MM yaitu “Semiotika Sabda Alam II” dengan tema diskusi “Ketaksaan Suara” yang dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2018 di Woodstock Cafe (Jl. Bagusrangin No.14, Bandung).
Pihak TAKAFFEE menghubungi Mochamed Noorul Arifin (dipanggil Gobang) untuk mengajak kerjasama dengan MM dalam rangka mengadakan sebuah acara pentas seni di TAKAFFEE untuk mengenalkan cafe terhadap khalayak umum serta menambah kuantitas pengunjung/pelanggan cafe tersebut.
“Rebahan Senja” dijadikan sebuah tajuk untuk acara tersebut karena pada saat ini kata “Senja” itu selalu terkait dengan “Ngopi” dan “Kegiatan Literasi”. Sebuah stereotipe “Ngopi Saat Senja” itu identik dengan orang yang suka membaca buku serta seorang pemikir. “Rebahan Senja” dapat diartikan secara etimologis yaitu merebahkan diri (istirahat) saat senja, saat merebahkan diri dan disaat itu juga melepaskan penat keseharian. Dalam melepaskan penat ada tiga tipe yaitu; Pertama, ngopi bareng bersama teman-teman. Kedua, ngopi sendiri sambil tenggelam dengan pikiran sendiri (melamun). Ketiga, bermain portable game maupun console game secara sendirian atau berbarengan.
“Rebahan Senja” diisi oleh banyak talent yang berjumlah 20 orang (yang terdaftar pada pamflet acara) dan beberapa talent tambahan yang ingin nge-jam bareng. Para talent yang terdaftar yaitu Nabula, Bumi Memanggil, Syn.Chordia, Berhabey, Varian, Anggi Ryan, Jalu Kencana, Ilham, Pras, Abah Melodi, Bob Anwar, Yanda, Tubagus Phandu Mursabdo, Areva, Rozensky, Fahren Bocah, Rekam Jejak, Yefta dan Teman Tidur, Miranti Dewi, dan Time. Beberapa teman seniman yang mau nge-jam bareng diantaranya Katadjoeang dan Jon Kastella serta beberapa teman lainnya. Dapat dikatakan acara tersebut sebagai “Pesta Seni Musik” karena setiap talent membawakan genre musik yang berbeda seperti Yanda dan Tubagus Phandu Mursabdo membawakan lagu solo instrumental gitar klasik, Syn.Chordia berformat musicduo dengan genre musik experimental dalam segi harmonisasi nada, Katadjoeang yang menyematkan genre musiknya sendiri sebagai”Folk Torolong”, Nabula membawakan dengan format combo band dengan genre musik alternative, ada yang membawakan lagu solo gitar elektrik dengan genre musik Rock, Varian membawakan musik ber-genre Jazz, serta beberapa variasi lainnya dari setiap talent.
Acara tersebut diisi hanya dengan pentas musik saja dan tidak ada kegiatan diskusi, dimaksudkan agar tidak terjadi sebuah perdebatan serta melaksanakan tujuan dari makna tema acara tersebut yaitu “Rebahan Senja”. Melepaskan penat dari hiruk pikuk keseharian dan menjalin lebih erat hubungan “Silaturahmi” serta menambah teman kepada setiap pemuda pemudi yang berkelindan dalam acara tersebut merupakan pesan tersirat ysng dapat diambil pada “Rebahan Senja”.
Pihak TAKAFFEE menghubungi Mochamed Noorul Arifin (dipanggil Gobang) untuk mengajak kerjasama dengan MM dalam rangka mengadakan sebuah acara pentas seni di TAKAFFEE untuk mengenalkan cafe terhadap khalayak umum serta menambah kuantitas pengunjung/pelanggan cafe tersebut.
“Rebahan Senja” dijadikan sebuah tajuk untuk acara tersebut karena pada saat ini kata “Senja” itu selalu terkait dengan “Ngopi” dan “Kegiatan Literasi”. Sebuah stereotipe “Ngopi Saat Senja” itu identik dengan orang yang suka membaca buku serta seorang pemikir. “Rebahan Senja” dapat diartikan secara etimologis yaitu merebahkan diri (istirahat) saat senja, saat merebahkan diri dan disaat itu juga melepaskan penat keseharian. Dalam melepaskan penat ada tiga tipe yaitu; Pertama, ngopi bareng bersama teman-teman. Kedua, ngopi sendiri sambil tenggelam dengan pikiran sendiri (melamun). Ketiga, bermain portable game maupun console game secara sendirian atau berbarengan.
“Rebahan Senja” diisi oleh banyak talent yang berjumlah 20 orang (yang terdaftar pada pamflet acara) dan beberapa talent tambahan yang ingin nge-jam bareng. Para talent yang terdaftar yaitu Nabula, Bumi Memanggil, Syn.Chordia, Berhabey, Varian, Anggi Ryan, Jalu Kencana, Ilham, Pras, Abah Melodi, Bob Anwar, Yanda, Tubagus Phandu Mursabdo, Areva, Rozensky, Fahren Bocah, Rekam Jejak, Yefta dan Teman Tidur, Miranti Dewi, dan Time. Beberapa teman seniman yang mau nge-jam bareng diantaranya Katadjoeang dan Jon Kastella serta beberapa teman lainnya. Dapat dikatakan acara tersebut sebagai “Pesta Seni Musik” karena setiap talent membawakan genre musik yang berbeda seperti Yanda dan Tubagus Phandu Mursabdo membawakan lagu solo instrumental gitar klasik, Syn.Chordia berformat musicduo dengan genre musik experimental dalam segi harmonisasi nada, Katadjoeang yang menyematkan genre musiknya sendiri sebagai”Folk Torolong”, Nabula membawakan dengan format combo band dengan genre musik alternative, ada yang membawakan lagu solo gitar elektrik dengan genre musik Rock, Varian membawakan musik ber-genre Jazz, serta beberapa variasi lainnya dari setiap talent.
Acara tersebut diisi hanya dengan pentas musik saja dan tidak ada kegiatan diskusi, dimaksudkan agar tidak terjadi sebuah perdebatan serta melaksanakan tujuan dari makna tema acara tersebut yaitu “Rebahan Senja”. Melepaskan penat dari hiruk pikuk keseharian dan menjalin lebih erat hubungan “Silaturahmi” serta menambah teman kepada setiap pemuda pemudi yang berkelindan dalam acara tersebut merupakan pesan tersirat ysng dapat diambil pada “Rebahan Senja”.