MASTERPIECE MOVEMENT
  • Home
  • Gallery
  • News
  • Article
  • About

Pengantar Teori Budaya Pop

10/24/2019

0 Comments

 
Author    : Tubagus Phandu Mursabdo
Photo     : Harry
Picture
     Saya akan memberikan beberapa pendekatan teori dari beberapa tokoh pemikir budaya pop dalam memberi pemahaman lebih lanjut tentang budaya pop. Istilah yang akan dibahas adalah istilah “budaya” dan “popular”. Setelah istilah “budaya” dan “popular” didefinisikan dengan beberapa pendekatan, kedua istilah tersebut digabungkan untuk mendapatkan sebuah pemahaman tentang makna (definisi) budaya pop.
Raymond Williams (2003: 76) mendefinisikan budaya dalam tiga kategori umum. Kategori pertama adalah “kategori ideal”, budaya merupakan suatu keadaan atau proses perfeksi (proses penyempurnaan diri) manusia yang berkaitan dengan nilai mutlak atau nilai universal tertentu. Kategori kedua adalah budaya sebagai “catatan dokumenter”, catatan teks dan praktek budaya. Pada kategori kedua, budaya merupakan suatu kerangka intelektual dan imajinatif, dimana dengan cara yang rinci, pengalaman serta pemikiran manusia dicatat. Kategori ketiga adalah definisi “sosial” tentang budaya, budaya merupakan suatu gambaran dari pandangan hidup tertentu. Definisi “sosial” tentang budaya memperkenalkan tiga cara pemikiran baru tentang budaya. Pertama, pernyataan “antropologis” bahwa budaya merupakan deskripsi pandangan hidup tertentu; kedua, pernyataan bahwa kinerja analisis budaya seharusnya merupakan “klarifikasi dari makna dan nilai” baik secara implisit maupun eksplisit yang inheren  dalam pandangan hidup tertentu atau suatu budaya khusus. Ketiga yaitu budaya menuntut dan melibatkan penganalisisan unsur-unsur dalam pandangan hidup dengan menyertakan definisi lain yang sama sekali bukan “budaya”.
 Williams tidak memiliki kecenderungan lebih terhadap salah satu dari ketiga definisi tentang budaya tersebut. Bagi Williams suatu definisi disebut “tidak memadai” dan “tidak bisa diterima” jika tidak menyinggung definisi lainnya serta mendefinisikan teori budaya sebagai studi yang mengkaji hubungan antara berbagai unsur dalam satu kesatuan pandangan hidup.
Wiiliams (2003: 23) dalam buku “Culture and Society” menyatakan bahwa “prinsip-prinsip yang dipaparkan dalam buku ini bermaksud menemukan ide budaya dan kata budaya itu sendiri dalam pemakaian modernnya secara umum, yang merembes ke dalam pemikiran Inggris pada masa revolusi Industri.”  Inilah definisi budaya dengan ketergantungan pada keberadaan ekonomi pasar kapitalis. Hal ini mengakibatkan Inggris sebagai negara pertama yang memunculkan budaya pop dalam definisi terbatas dengan dimensi historis.
Terdapat hal yang mendasari periodisasi budaya diantaranya adalah pengalaman industrialisasi dan urbanisasi yang secara fundamental telah mengubah hubungan antara budaya adiluhung (high art) dengan lanskap budaya rendah (low art). Sebelum terjadinya era industrialisasi dan urbanisasi, Inggris memiliki dua budaya; budaya umum  yang dianut oleh hampir semua kelas dan budaya elit yang dibuat serta dikonsumsi kelas dominan dalam masyarakat. Sebagai akibat industrialisasi dan urbanisasi, ada tiga hal yang terjadi secara bersamaan dan hal tersebut mengakibatkan perubahan peta budaya. Pertama, industrialisasi mengubah hubungan antara pemilik dan buruh dari yang berdasar pada kewajiban timbal balik menjadi berdasar pada tuntutan dari apa yang oleh Thomas Carlyle (2003: 24) sebut sebagai “cash nexus.” Kedua, urbanisasi membuat terjadinya pemisahan tempat tinggal kelas. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, pada negara Inggris terdapat suatu wilayah kota yang dihuni buruh laki-laki dan perempuan. Ketiga, kepanikan yang ditimbulkan akibat revolusi Perancis. Kekhawatiran negara Inggris, jika revolusi yang terjadi di Perancis, terjadi juga (diimpor) pada negara Inggris.
Hal tersebut mendorong penguasa untuk melakukan tindakan represif untuk menekan radikalisme. Politik radikalisme dan unionisme perdagangan tidak dihancurkan, tetapi didorong dengan diam-diam untuk mengaturnya diluar pengaruh campur tangan kelas menengah. Ketiga faktor ini memposisikan budaya di luar pertimbangan paternalis budaya umum sebelumnya.
Setelah mendefinisikan istilah “budaya” dari beberapa pendekatan, selantujnya saya akan mendefinisikan istilah “popular” dari Raymond Williams. Williams (2003: 10) menyatakan bahwa istilah “popular” memiliki empat definisi. Pertama, popular merupakan sesuatu yang banyak disukai orang. Kedua, popular merupakan  jenis kerja rendahan. Ketiga, popular merupakan sebuah“karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang”. Keempat, popular merupakan budaya yang memang dilakukan untuk menyenangkan dirinya sendiri.
Kemudian untuk mendefinisikan budaya pop kita perlu menggabungkan dua istilah , yakni “budaya” dengan “popular” yang keduanya memiliki formulasi definisinya masing-masing. John Storey (2003: 10) dalam bukunya memaparkan enam sketsa definisi budaya pop dengan maksud untuk menerangkan budaya pop secara mendalam. Pertama, budaya pop mencakup dimensi kuantitatif yaitu budaya yang disukai banyak orang. Kedua, budaya pop adalah mempertimbangkan budaya tertinggal (rendah). Budaya pop menurut definisi ini merupakan kategori residual untuk mengakomodasi praktik budaya yang tidak memenuhi persyaratan budaya tinggi. Dengan kata lain, budaya pop memiliki definisi sebagai budaya “sub-standar.” Ketiga, mendefinisikan budaya pop adalah menerapkannya sebagai “budaya massa”.  Mereka yang menyebut budaya pop sebagai budaya massa bertujuan untuk menegaskan bahwa komersialisasi tidak dapat diharapkan. Budaya diproduksi massa dan ditujukan untuk konsumsi massa. Audiensnya adalah sosok-sosok konsumen yang tidak memilih.
Keempat, budaya pop adalah budaya yang berasal dari “rakyat”. Budaya pop seperti halnya budaya daerah merupakan budaya dari rakyat untuk rakyat. Definisi pop dalam hal ini seringkali dikaitkan dengan konsep romantisme budaya kelas buruh yang ditafsirkan sebagai sumber utama protes simbolik dalam kapitalisme kontemporer. Pendekatan ini memiliki persoalan yakni pertanyaan tentang siapa yang termasuk dalam kategori “rakyat” dan persoalan lainnya adalah hakikat wacana dari mana asal-usul budaya itu terbentuk.
            Kelima, definisi budaya pop dari analisis Antonio Gramsci. Antonio Gramsci dikenal melalui konsep hegemoninya. Gramsci menggunakan istilah hegemoni untuk mengacu pada cara suatu kelompok dominan dalam sebuah masyarakat yang mendapatkan dukungan dari kelompok-kelompok subordinat melalui proses “kepemimpinan” intelektual dan moral. Konsep hegemoni pada dasarnya berusaha untuk menjelaskan mengapa revolusi sosialis tidak terjadi di negara Barat yang nota bene demokratis dan maju padahal negara tersebut terjadi tekanan serta eksploitasi akibat dari kapitalisme. Hegemoni digunakan dengan mengacu pada sebuah proses kelas dominan, tidak hanya mengatur namun juga mengarahkan masyarakat melalui pemaksaan kepemimpinan moral dan intelektual.
Bagi pengamat budaya pop, hegemoni merupakan konsep yang bermanfaat. Budaya pop terartikulasikan sebagai suatu lingkup terstruktur dari tukar menukar, keduanya berkelindan dalam rupa perlawanan dan penyatuan (resistensi dan inkorporasi) serta negosiasi antarbudaya (suatu keseimbangan kompromistis) antara unsur inkorporasi dengan resistensi, suatu pergulatan antara usaha untuk meuniversalkan kepentingan dominan dan resistensi subordinat.
Keenam, budaya pop berasal dari pemikiran postmodernisme. Persoalan yang dibahas postmodernisme yaitu pernyataan bahwa postmodern merupakan budaya yang tidak mengakui adanya perbedaan antara budaya tinggi (high art) dan pop (low art) atau membuat kedudukan budaya tinggi (high art) dengan budaya pop (low art) menjadi sejajar. Akibatnya postmodernis menyatakan “semua budaya adalah budaya postmodern” dan mereka juga menentang pembatasan budaya pop dengan budaya massa. Dalam pandangan saya, hal tersebut (pemikiran postmodernisme) membuat bias pada kedudukan budaya tinggi (high art) dan budaya pop (low art), sehingga tidak ada perbedaan kedudukan antara budaya tinggi (high art) dan budaya pop (low art).
Postmodernis menegaskan bahwa semua budaya adalah budaya komersial. Andi Warhol (2003: 238) menyatakan bahwa “seni riil ditentukan oleh selera (dan kekayaan) kelas penguasa waktu itu. Hal ini berarti seni komersial sebaik seni riil, yang nilainya ditentukan oleh kelompok sosial lain, dengan pola pembelanjaan yang berbeda.” Menurut saya, Warhol ingin memberi pandangan kepada khalayak umum tentang seni komersial sebagai seni riil dan seni riil sebagai seni komersial atau dapat disederhanakan menjadi sebuah penyatuan budaya tinggi (high art) dengan budaya pop (low art). Terlepas dari semua definisi tentang budaya pop, terlihat jelas bahwa budaya pop muncul mengikuti industrialisasi dan urbanisasi. Menurut Ang (2007: 25) budaya pop merupakan produk dari produksi komoditas kapitalis dan karenanya merupakan subjek bagi pasar kapitalis; hasil dari apa yang tampaknya didegrasdasikan, yang satu-satunya signifikannya yang nyata adalah bahwa mereka meraup keuntungan bagi para produsennya.
            Menurut saya budaya pop adalah sesuatu yang kita bentuk (buat) dari produk dan praktik budaya keseharian. Perkataan budaya pop (atau biasanya, budaya massa) dan budaya tinggi (atau lebih umum, hanya budaya) merupakan sebuah cara untuk menyatakan “mereka” dan “kita”. Perdebatan budaya pop adalah untuk lebih memahami makna tentang budaya kontemporer serta mampu mendapatkan pesan tersirat sebuah fenomena yang sedang terjadi.
 
Daftar Acuan
Fiske, John, Reading Television  (Second ed.). London. Taylor & Francis, 2004.
Strinati, Dominic, An Introduction to Theories of Popular Culture (Second ed.). London: Taylor & Francis, 2004.
Storey, John, Pengantar Komprehensif Teori dan Metode Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop (L. Rahmawati, Trans. A. Adlin Ed.). Yogyakarta & Bandung: JALASUTRA, 2007.
Storey, John, Teori Budaya dan Budaya Pop, Memetakan  Lanskap Konseptual Cultural Studies (Shafwan, Trans. D. Nurdin Ed.). Yogyakarta: PENERBIT QALAM, 2003.
0 Comments



Leave a Reply.

    Archives

    October 2019

Powered by Create your own unique website with customizable templates.
  • Home
  • Gallery
  • News
  • Article
  • About